HUBUNGAN PENGENDALIAN MUTU PROYEK DENGAN WAKTU ,BIAYA,KUALITAS


HUBUNGAN PENGENDALIAN MUTU PROYEK DENGAN WAKTU, BIAYA, KUALITAS

Dalam pelaksanaan suatu proyek,dibutuhkan suatu pengendalian, agar proyek yang sedang di kerjakan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada tahap persiapan.dalam pengendalian suatu proyek harus memenuhi persyaratan mutu, yang merupakan sasaran pengelolaan proyek disamping jadwal dan biaya.
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers). Definisi lain untuk mutu yang sering diasosiasikan dengan proyek adalah fitness for use. Istilah ini disamping memiliki arti seperti yang diuraikan diatas, juga memperhatikan masalah tersedianya produk, keandalan, dan masalah pemeliharaan.

Pengelolaan Mutu

Setelah dipahami arti mutu proyek, langkah berikutnya adalah mengelolah aspek mutu tersebut dengan benar dan tepat sehingga tercapai apa yang disebut dengan fitness for use, yaitu pengelolaan yang bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek pada pekerjaan pertama tanpa adanya pengulangan, dengan cara-cara efektif dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek merupakan unsur dari pengelolaan proyek secara keseluruhan antara lain sebagai berikut :

A.   Meletakan dasar filosofi dan mutu proyek

Pada umumnya di perusahaan-perusahaan besar memiliki buku (dokumen) yang berisi pedoman dasar, filosofi, dan kebijakan mutu yang harus diikuti selama menjalankan operasi atau proses produksinya.
Dokumen semacam ini memuat persyaratan mutu yang ditetapkan oleh perusahaan dari badan perusahaan yang berwenang, misalnya pemerintah.

B.   Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu dan jadwal

Pada proyek yang saling tarik menarik, yang terdiri dari jadwal, mutu ,dan biaya. Pimpinan perusahaan harus menggariskan bobot mutu relatif terhadap biaya dan jadwal proyek. Keputusan ini akan menjadi pegangan pengelolaan sepanjang siklus proyek.

C.   Membuat program penjamin dan pengendalian mutu proyek (QA / QC)

Program yang dimaksud adalah penjabaran pedoman dan filosofi yang tersebut pada butir A, tetapi disesuaikan dengan keperluan proyek yang spesifik dan tidak bertentangan dengan program mutu perusahaan secara keseluruhan .

D.   Implementasi program QA / QC

Setelah program QA / QC selesai disusun, implementasi program tersebut dilaksanakan sepanjang siklus proyek, agar diperoleh hasil yang efektif perlu diselesaikan terlebih dahulu langkah-langkah persiapan seperti melatih personil, menyusun organisasi dan menyebar luaskan arti dan maksud program QA / QC kepada semua pihak yang berkepentingan.



Tabel Orientasi Mutu Masa Lalu dan Sekarang

Program Penjaminan Mutu QA

Diatas telah disebutkan bahwa untuk proyek besar dan kompleks,data yang dihasilkan dari uji coba tidak akan mencukupi keperluan penjaminan mutu yang menyeluruh. Sebagai alternatif maka proyek harus menyiapkan program penjaminan mutu (QA ).sama halnya dengan biaya dan jadwal ,maka pada mutu diperlukan suatu program penjaminan mutu sistematis, lengkap dan jelas.

Suatu program mutu yang tersusun dalam dokumen minimal meliputi hal-hal sebagai berikut :
·         Perencana sistematis yang merinci dan yang menjabarkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran mutu setiap tahap pengerjaa proyek.
·         Penyusun batasan dan kriteria spesifikasi dan standar mutu yang akan digunakan dalam desain engineering, pembelian material dan konstruksi.
·         Penyusunan organisasi dan pengisian personil untuk melaksanakan kegiatan penjaminan mutu
·         Pembuatan prosedur pelaksanaan kegiatan
·         Identifikasi peralatan yang akan digunakan
·         Identifikasi bagian kegiatan yang memerlukan bantuan dari pihak ke tiga.


Organisasi QA / QC

diatas telah digambarkan bagaimana pentingnya peranan kegiatan penjaminan mutu dalam penyelenggaraan proyek. Meskipun demikian pengalaman menunjukan masih sering dijumpai kurang terlaksana program yang telah ada secara baik dan lengkap sehingga hasilnya pun tidak seperti yang kita harapkan. Seringkali dijumpai adanya perbedaan substansi program QA.

Proyek yang dimiliki oleh perusahaan para peserta (pemilik, kontraktor, subkontraktor, maupun rekanan produsen yang lain) dalam menghadapi situasi demikian pertama-tama yang harus dikaji adalah program mereka masing-masing apakah dapat memenuhi keinginan mutu pemilik proyek bila tidak diadakan penyesuaian atau penambahan.


Kegunaan QA

A. Bagi pemerintah
·         Untuk menjaga dan meyakinkan agar metode konstrksi, material,dan peralatan yang digunakan dalam pembangunan proyek.
·         Memberikan kesempatan pemeriksaan dan pengujian terhadap instalasi hasil proyek dari waktu ke waktu yang potensial dapat menyebabkan kerusakan dan kecelakaan.
B. Bagi pemilik proyek
·         Memberikan kepercayaan dan keyakinan bahwa instalasi yang dibangun dapat berfungsi sesuai yang diharapkan dalam hal keselamatan,operasi,dan produk.
·         Menyediakan data hasil-hasil inspeksi, pengetesan, dan pada perbaikan pada bagian yang spesifik dari instalasi
C. Bagi perancang instalasi
·         Menjadi umpan balik pekerjaan desain engineering dimasa depan.
D. Bagi kontraktor
·         Bila mengikuti prosedur dan spesifikasi dengan tepat dan cermat akan menghasilkan pekerjaan sekali jadi ,hal ini berarti mencegah pekerjaan ulang (rework)
Rencana inspeksi, test dan QC

Pada umumnya rencana inspeksi, test, dan QC meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Titik inspeksi dan test
Setiap titik inspeksi hendaknya ditentukan sepanjang siklus pembuatan sampai dengan instalasi .

2. Mandatory hold point
Pada ujung tahap tertentu dari proses pabrikasi atau instalasi harus diverivikasi oleh pihak ketiga sebagai syarat untuk memenuhi ketentuan hukum dengan cara memberi sertifikat.

3.  Standar yang akan diperlukan
Semua standar dan krieria yang berkaitan dengan inspeksi dan test serta prosedur yang menyertai hendaknya dicantumkan didalam program yang bersangkutan .

Pengendalian mutu konstruksi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan konstruksi dalam hubungan nya dengan masalah mutu adalah sebagai berikut :
1.     Material konstruksi
2.     Peralatan (equipment)
3.     Pelatihan dan spesifikasi tenaga
Masa jaminan mutu

Umumnya pasal-pasal kontrak EPK mengatur pula masalah jaminan mutu material dan pekerjaan (workmanship) sampai batas waktu tertentu (lazimnya 1 tahun). Pada kurun waktu tersebut, kontraktor memberikan pelayanan secara cuma-cuma untuk perbaikan kerusakan atau pengganti bagian-bagian yang rusak.





 Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang system informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Sumber daya direncanakan untuk mencapai sasaran proyek dengan batasan
  • waktu,
  • biaya dan
  • mutu
Sumber daya proyek khususnya proyek konstruksi terdiri dari
  • material,
  • Tenaga kerja,
  • pendanaan,
  • metode pelaksanaan dan
  • peralatan
Waktu dan biaya merupakan dua hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan.
Biaya proyek pada proyek konstruksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya
  • langsung (Direct Cost) dan
  • biaya tidak langsung (Indirect Cost)

Direct Cost

Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah biaya bahan /material, biaya pekerja /upah dan biaya peralatan (equipment).

Indirect Cost

Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Nugraha et al., 1986). Yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah biaya overhead, biaya tak terduga (contigencies), keuntungan /profit, pajak dan lainnya.

Hubungan Biaya Langsung dan Tak Langsung

Hubungan biaya langsung dan biaya tak langsung terhadap waktu memiliki kecendrungan bertolak belakang. Jika waktu pelaksanaan proyek dipercepat akan mengakibatkan peningkatan biaya langsung tetapi pada biaya tidak langsung terjadi penurunan.

Metode pengendalian biaya dan waktu terpadu

a. Metode Analisis Varians
Metode Analisis Varians adalah metode untuk mengendalikan biaya dan jadwal suatu kegiatan proyek konstruksi. Dalam metode ini identifikasi dilakukan dengan membandingkan jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan terhadap anggaran.
Analisis Varians dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang status terakhir kemajuan proyek pada saat pelaporan dengan menghitung jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian dibandingkan dengan perencanaan atau melihat catatan penggunaan sumber daya. Metode ini akan memperlihatkan perbedaan antara biaya pelaksanaan terhadap anggaran dan waktu pelaksanaan terhadap jadual
b. Varians dengan Grafik “S”
Cara lain untuk memperagakan adanya varians adalah dengan menggunakan grafik. Grafik “S” akan menggambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang siklus proyek. Bila grafik tersebut dibandingkan dengan grafik serupa yang disusun berdasarkan perencanaan dasar maka akan segera terlihat jika terjadi penyimpangan. Grafik “S” sangat bermanfaat untuk dipakai sebagai laporan bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek, karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek dalam bentuk yang mudah dipahami.
c. Kombinasi Bagan Balok dan Grafik “S”
Salah satu teknik pengendalian kemajuan proyek adalah memakai kombinasi grafik “S” dan tonggak kemajuan (milestone). Milestone adalah titik yang menandai suatu peristiwa yang dianggap penting dalam rangkaian pelaksanaan pekerjaan proyek. Titik milestone ditentukan pada waktu pembuatan perencanaan dasar yang disiapkan sebagai tolak ukur kegiatan pengendalian kemajuan proyek. Penggunaan milestone yang dikombinasikan dengan grafik “S” amat efektif untuk mengendalikan pembayaran berkala.
d. Konsep Nilai Hasil (Earned Value)
Konsep Nilai Hasil merupakan perkembangan dari Konsep Analisis Varians. Dimana dalam Analisis Varians hanya menunjukkan perbedaan hasil kerja pada waktu pelaporan dibandingkan dengan anggaran atau jadwalnya (PMBOK,2004)
Adapun kelemahan dari metode ini
  • Analisis Varians adalah hanya menganalisa varians biaya dan jadwal masing-masing secara terpisah sehingga tidak dapat mengungkapkan masalah kinerja kegiatan yang sedang dilakukan.
  • Sedangkan dengan metode Konsep Nilai Hasil dapat diketahui kinerja kegiatan yang sedang dilakukan serta dapat meningkatkan efektifitas dalam memantau kegiatan proyek.

Ø Kaitan Biaya, Mutu dan Waktu dalam dunia konstruksi

Dalam tugas Hukum Pranata dan Pembangunan kali ini, saya ditugaskan oleh dosen untuk mempelajari dan mengetahui bagaimana pengaruh biaya, mutu dan waktu serta koordinasi manajemen dalam suatu proyek konstruksi. Sebelumnya saya akan menjelaskan apa itu Prooyek konstruksi. Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk infrastruktur. Proyek konstruksi memiliki karakterisitik unik yang tidak berulang. sehingga proses yang terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya (Ervianto. 2004).
Lanjut menurut Utomo setiap proyek proyek memiliki tujuan khusus. Dimana didalamnya terdapat batasan yang sangat mendasar. yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan. waktu dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiganya batasan tersebut dikenal dengan tiga pembatas (triple constraint).



Agar proyek dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang diinginkan. Proyek harus tidak melebihi ketiga batasan tersebut. Dan memastikan proyek tetap berjalan di dalam ketiga batasan tersebut. Diperlukanlah suatu sistem manajemen proyek. Manajemen untuk constraint mutu. anggaran dan waktu dilakukan dengan jalan pengawasan (controlling). Constraint anggaran dan waktu. merupakan constraint yang saling terkait satu sama lain. Pengendalian jadwal proyek akan sangat berpengaruh terhadap fluktuasi biaya teknis proyek, begitu pada sebaliknya. Sehingga untuk mengendalikan keduanya perlu dilakukan usaha manajemen waktu-biaya yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kornpleksitas yang cenderung bertambah. Hal itu dapat dilakukan dengan bantuan Metode Bagan Balok (bar chart) dan Analisis Jaringan Kerja (network analysis) yang berupa penyajian perencanaan dan pengendalian. khususnya jadwal kegiatan secara sistematis dan analitis.




Ø Permasalahan yang Berkaitan dengan Biaya, Waktu, dan Kualitas dalam Konstruksi
Pada kondisi optimal faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas membentuk tata hubungan yang saling bergantung serta berpengaruh amat kuat dengan kepekaan tinggi. Jika salah satu darinya berubah atau digeser sedikit saja akan Iangsung berdampak pada faktor lainnya. Dan pada umumnya merupakan hal yang sulit bahkan mustahil untuk dapat mencegah pengaruhnya. Hubungan ketergantungan yang amat peka antar tiga faktor tersebut juga merupakan perbedaan mencolok bila dibandingkan dengan proses produksi pada industri pabrik manufaktur. Pada industri pabrik walaupun pada waktu peninjauan kelayakan di awal proyek telah dilakukan perhitungan mengenai biaya produksinya. akan tetapi harga jual produk masih tetap saja dapat ditetapkan pada akhir proses dengan peluang cukup luas untuk memperhitungkan kondisi dan hukum pasar pada saat itu. Jikalau tidak dapat meraih margin pasar secukupnya. Produsen masih berkesempatan cukup longgar untuk menyesuaikan operasinya baik dalam hal proses produksi maupun penetapan harga jual dikaitkan dengan strategi pemasaran. Disamping itu. titik impas biaya produksi pada industri pabrik biasanya ditetapkan dengan kondisi yang tidak harus terlalu ketat tergantung pada waktu. Apabila dalam proses produksi mengalami kegagalan untuk mencapai kualitas tertentu. sebelum diputuskan untuk mengapkir hasil produksi pada umumnya masih tersedia jalan keluar untuk menyelamatkan industri. Jalan keluar dapat berupa upaya mendaur ulang material atau melepaskan hasil produksi apa adanya ke pasar dengan mengelompokkannya menjadi kualitas lebih rendah. Sudah tentu dengan tetap memperhitungkan situasi dan permintaan pasarnya. Upaya-upaya penyelamatan dengan cara demikian tidaklah tergantung secara ketat pada faktor-faktor biaya dan waktu. Bukankah merupakan hal yang lazim dan sering dijumpai beredarnya berbagai kelas mutu dan suatu hasil industri di pasar meskipun dan satu merek yang sama? Produk jadi material keramik misalnya di pasar dapat ditemui berbagai kelas kualitas, sejak kelas I sampai 3. 

Sedangkan pada industri konstruksi. sebagaimana Iayaknya pelayanan jasa. Ketentuan mengenal biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses produksi. tidalah mudah untuk mengubah ketentuan-ketentuan yang sudah merupakan bentuk kesepakatan tersebut. Apabila di dalam proses konstruksi terjadi penyimpangan kualitas hasil pekerjaan. baik hal tersebut merupakan akihat perbuatan yang disengaja maupun tidak. resiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Cara memperbaiki yang disengaja maupun tidak. resiko yang harus ditangung tidaklah kecil. Cara memperbaiki bagian dan bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi haruslah dibongkar kemudian di konstruksi ulang di tempat yang sama sesuai seperti apa yang dikehendaki di dalam perencanaan. Upaya untuk menukar dengan bangunan di tempat lain yang nilainya setara atau bahkan Iebih mahal sekalipun tidak dapat diterima. Sedang di lain pihak. upaya untuk memperbaiki penyimpangan bagaimanapun tak akan dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan konstruksi. Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan waktu penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung resiko sanksi denda. yang pada ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana seluruhnya. Dengan demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas dalam proses konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat.
Dalam penyelenggaraan konstruksi. faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan Pemberi Tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak terlepas dan pengaruh situasi ekonomi umum yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material. peralatan dan upah tenaga kerja karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat dan pengembangan bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan waktu pelaksanaan kegiatan karena sesuatu keterlambatan. Disamping itu, masih ada pengaruh yang datang dan masalah produktivitas. kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal di lokasi proyek atau kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi Iebih banyak disebabkan oleh


mekanisme penyelenggaraan, seperti keterlambatan pengadaan peralalan dan material. Keterlambatan perencanaan. perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal konstruksi, masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari pemerinah mengenai keamanan perencanaan dan metode konstruksi dampak lingkungan, kebijakan di bidang ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang mempengaruhi kuaIitas hasil pekerjaan Iebih banyak berawal dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan teknis. Seperti misalnya dalam penyusunan kriteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segi finansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material dan peralatan, pengerahan tenaga terampil, dan kelemahan di bidang pemeriksaan dan pengawasan selama konstruksi berlangsung. Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup penting yang berpengaruh secara sekaligus terhadap ketiga-tiga faktor, yaitu upaya analisis rekayasa nilai, pembiayaan tak terduga yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, dan program-program pelatihan bagi pekerja. Ringkasan uraian hal-hal yang tersebut di atas diberikan dalam bentuk bagan pada Gambar 5.3.

Permasalahan yang Berkaitan dengan Koordinasi dan Pengaturan Manajemen

Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek. Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan tangung jawab yang dilakukan secara bersamaan (overlapping). Apabila fungsi-fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur, maka tujuan akhir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu: Tepat Waktu Tepat Kuantitas Tepat Kualitas Tepat Biaya sesuai dengan biaya rencana Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar Tercapainya K3 dengan baik Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar organisasi secara solid dan terstruktur. Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok agar tujuan akhir proyek dapat selesai sesuai dengan schedule yang telah direncanakan. Pada Proyek ‘tempat penulis kerja praktek’, terdiri dari beberapa unsur organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain: Pemilik proyek (owner)/investor yang juga merupakan konsultan manajemen konstruksi Konsultan perencana arsitektur, landscape, dan quantity surveyor Kontraktor pelaksana utama yang membawahi:
1)        Konsultan perencana struktur dan mekanikal & elektrikal
2)        Sub kontraktor spesialis Kontraktor pondasi Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
ke- 4 pihak tersebut harus mempunyai hubungan kerja yang jelas, dan dapat bersifat ikatan kontrak, perintah, maupun garis koordinasi.


















Contoh Proyek Konstruksi yang Terhenti
                   Proyek Hambalang Berhenti

Dalam bidang konstruksi memang tak lepas dari faktor-faktor penghambat jalannya suatu proyek, diantaranya: Bahan-bahan material bangunan, tenaga kerja, peralatan pendukung proyek, dan biaya/dana keuangan.

Disini saya mengambil contoh proyek Hambalang yang terhenti yang mana merupakan Kawasan proyek Pusat Pendidikan, Pengembangan, dan Sekolah Olah Raga Nasional berlokasi di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Adapun sebab-sebab terhentinya proyek Hambalang ini yang saya dapatkan dari beberapa sumber berita diantaranya karena adanya masalah biaya/dana keuangan akibat kasus korupsi. Berdasarkan berita Warta Kota (30 Mei 2012) memberikan informasi bahwa “pihak Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) selaku pihak pengorder proyek kepada KSO, belum membayarkan sisa kontrak untuk tahun 2012 sebesar kurang lebih Rp 500 miliar.”, karena itu bangunan Hambalang yang sudah 49 persen terbangun akhirnya di runtuhkan.

Dalam menjalankan sebuah proyek tak jauh dari kata “biaya”, tak ada biaya maka proyek pun tersendat. Karena kurang dan tak adanya biaya maka bahan material pun tak dapat dipenuhi, hal ini yang menyebabkan tersendatnya suatu proyek dan lambatnya jalan suatu proyek. Karena tidak adanya bahan material, maka para tenaga kerja pun tak mempunyai kerjaan. Hal ini lah yang sebenarnya merugikan si pemilik proyek karena pekerjaan menjadi lambat dan pembayaran kontrak pekerja semakin meningkat juga. Oleh karena itu, proyek ini dihentikan.

Bukan hanya bahan material bangunan dan tenaga kerja yang terkena imbas dari tidak adanya biaya. Tetapi, pada peralatan juga terkena imbasnya, bagaimana peralatan dapat dipenuhi jika biaya penyewaannya saja tidak dapat dipenuhi.

Sekarang proyek Hambalang sudah dihentikan dan diruntuhkan karena kondisi lingkungan bangunan yang sudah tidak mendukung dan bangunan yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan, selain itu karena bangunan yang sudah terlalu lama terkena hujan, badai, longsor, dan pergeseran tanah yang membuat bangunan tersebut tidak kokoh lagi dan menjadi ambles.

Dari pembahasan kali ini, yang saya dapat simpulkan bahwa menjalani sebuah proyek konstruksi diperlukan adanya kedisiplinan dan keseriusan dalam menjalaninya. Manajemen waktu, biaya dan kualitas adalah pedoman untuk menjalankan sebuah proyek, disamping itu perlu juga adanya rasa tanggung jawab dari semua pihak yang berperan dalam proyek konstruksi. Jika kita disiplin, serius dan komitmen maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan. 










Komentar

Postingan Populer